• Home  
  • Riset Ungkap Konsumsi Makanan Manis Tak Ubah Preferensi Rasa
- Lifestyle

Riset Ungkap Konsumsi Makanan Manis Tak Ubah Preferensi Rasa

Penelitian konsumsi makanan manis tidak pengaruhi preferensi rasa manis
Ilustrasi makanan manis.karandaev/Envato.

ibnchannel.id – Ada anggapan umum bahwa semakin banyak makanan manis yang Anda konsumsi, semakin Anda menginginkannya. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa hal itu tidak sepenuhnya benar. Sebuah studi baru mengungkapkan bahwa mengonsumsi lebih banyak makanan manis tidak membuat Anda semakin menyukai rasa manis — atau semakin tidak menyukainya — dibandingkan dengan preferensi Anda sebelumnya.

Para peneliti dari Wageningen University di Belanda menyelidiki apakah mengubah jumlah makanan manis dalam pola makan dapat menggeser preferensi seseorang terhadap rasa manis.

Selama enam bulan, para partisipan diberi pola makan dengan berbagai tingkat rasa manis. Secara mengejutkan, terlepas dari berapa banyak gula yang mereka konsumsi, preferensi mereka terhadap rasa manis tetap sama.

Makanan Manis dan Asupan Kalori

Dr. Kees de Graaf, profesor emeritus di bidang ilmu sensori dan perilaku makan di Wageningen University, mengatakan:

“Kami juga menemukan bahwa diet dengan tingkat rasa manis yang lebih rendah atau lebih tinggi tidak berkaitan dengan perubahan asupan energi atau berat badan,” ujar Dr. de Graaf, seperti dilansir earth.com, Sabtu 7 Juni 2025.

“Meskipun banyak orang percaya bahwa makanan manis mendorong peningkatan asupan energi, studi kami menunjukkan bahwa rasa manis saja bukan penyebab utama konsumsi kalori berlebih.”

Pendekatan Baru untuk Studi Rasa Manis

Sebagian besar penelitian sebelumnya hanya meneliti efek jangka pendek — terkadang hanya berlangsung sehari. “Sebagian besar studi tentang pengaruh paparan berulang terhadap rasa manis pada kesukaan atau preferensi rasa manis hanya mencakup periode hingga satu hari,” kata Dr. de Graaf.

“Tanpa data konsisten tentang efek jangka panjang, pertanyaan mendasar apakah preferensi rasa manis dapat diubah masih belum terjawab.”

Untuk mengisi kekosongan itu, tim Wageningen merancang uji coba yang lebih panjang dan ketat. Mereka menggunakan metode yang tervalidasi untuk mengukur preferensi rasa manis, dengan fokus pada makanan dan minuman yang dirancang khusus di luar menu utama.

Pentingnya, studi ini mengikuti protokol yang telah disetujui secara etis dan prapublikasi, dengan kepatuhan ketat sepanjang penelitian.

Rancangan Studi

Studi ini melibatkan sekitar 180 relawan yang dibagi dalam tiga kelompok. Masing-masing kelompok menerima pola makan yang dominan manis, kurang manis, atau campuran seimbang.

Setiap dua minggu, partisipan menerima paket makanan dan minuman yang dirancang mencakup sekitar separuh kebutuhan makan harian. Mereka juga mendapatkan panduan menu harian, namun bebas memilih seberapa banyak yang akan dikonsumsi.

Peneliti mengkategorikan makanan berdasarkan tingkat kemanisan, menggunakan database dari studi sebelumnya tentang 500 makanan umum di Belanda.

Produk manis meliputi selai, cokelat susu, produk susu manis, dan minuman manis. Produk tidak manis meliputi ham, keju, selai kacang, hummus, popcorn asin, dan air soda.

Cara Mengukur Preferensi

Preferensi rasa manis partisipan diukur beberapa kali: sebelum studi, dua kali selama diet, segera setelah diet selesai, dan satu serta empat bulan setelahnya.

Peneliti juga mengumpulkan data tentang asupan energi dan nutrisi, berat badan, komposisi tubuh, serta penanda darah terkait diabetes dan penyakit kardiovaskular, seperti glukosa, insulin, dan kolesterol.

Untuk menghindari bias, makanan dan minuman di setiap kelompok disesuaikan dalam hal karbohidrat, lemak, dan protein. Partisipan juga diacak berdasarkan usia, jenis kelamin, dan berat badan serupa.

Lebih Banyak atau Lebih Sedikit Makanan Manis — Keinginan Sama

Selama enam bulan, kelompok yang mengonsumsi lebih sedikit makanan manis tidak menunjukkan penurunan preferensi rasa manis. Kelompok yang mengonsumsi lebih banyak makanan manis juga tidak mengalami peningkatan keinginan. Preferensi rasa manis tampaknya tidak dapat “dilupakan.”

Mengonsumsi makanan manis dalam jumlah berbeda tidak berpengaruh pada berat badan, asupan energi, atau biomarker risiko penyakit. Setelah studi selesai, pola makan partisipan secara alami kembali ke kondisi awal dalam satu hingga empat bulan.

“Ini adalah salah satu studi pertama yang mengukur dan mengatur tingkat rasa manis dalam seluruh pola makan, dalam rentang yang realistis seperti konsumsi sehari-hari,” jelas Dr. de Graaf.

“Hal ini penting, karena beberapa orang menghindari makanan manis karena percaya bahwa paparan rutin akan meningkatkan keinginan mereka — namun hasil kami menunjukkan hal itu tidak terjadi.”

Membentuk Pola Makan Sehat

Meski studi ini berfokus pada orang dewasa, para peneliti ingin melihat apakah hasil ini juga berlaku untuk anak-anak.

Preferensi rasa dan kebiasaan makan mungkin masih lebih fleksibel di usia muda, dan memahami hal ini dapat membantu membentuk pola makan yang lebih sehat sejak dini.

Penelitian ini dipresentasikan oleh peneliti doktoral Eva Čad di NUTRITION 2025, konferensi tahunan American Society for Nutrition di Orlando.

Temuan lengkap penelitian ini dipublikasikan dalam siaran pers Wageningen University.***

About Us

Selamat datang di IBN Channel, pusat informasi, hiburan, dan berita yang selalu up-to-date! Kami menyajikan artikel dan video menarik tentang peristiwa terkini, review produk yang bermanfaat, hingga eksplorasi tempat-tempat unik yang wajib Anda kunjungi. Nikmati konten berkualitas yang dikemas dengan informatif dan inspiratif, hanya di IBN Channel.

IBN Chanel @2025. All Rights Reserved.